Aroma Ayam yang Menguak Tragedi: Investigasi Dugaan Keracunan MBG di SMPN 4 Pamarican
Buletin News.id
Ciamis,- Senin pagi, 29 September 2025, halaman SMPN 4 Pamarican dipenuhi suara riuh siswa yang menanti jam istirahat. Seperti biasa, program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi momen yang ditunggu, sebab ratusan porsi makanan dikirimkan ke sekolah untuk dibagikan. Namun siapa sangka, hari itu justru berubah menjadi tragedi: puluhan siswa tumbang setelah menyantap menu yang disajikan.
Aroma Tak Sedap di Balik Nasi Ayam, Sekitar pukul 10.25 WIB, makanan dibagikan ke siswa kelas VII dan VIII. Menu hari itu terdiri atas nasi, sayuran, dan ayam. Seorang siswa menceritakan pengalaman pahitnya.
“Ayamnya bau, ada yang berlendir. Tapi karena lapar, saya tetap makan. Tidak lama kemudian, perut saya mulas dan kepala pusing,” tutur seorang siswi yang enggan disebutkan namanya.
Cerita senada datang dari teman-temannya. Mereka yang hanya makan sayur tidak merasakan gejala, sementara yang mengonsumsi ayam langsung mengeluh mual, pusing, bahkan muntah.
Data terbaru dari Puskesmas Pamarican menyebut, 52 siswa mengalami gejala keracunan. Dari jumlah itu, 15 siswa dirawat di Puskesmas Pamarican, 9 di Puskesmas Banjarsari, 3 di Puskesmas Kertahayu, 3 di RSUD Banjar, sementara sisanya cukup diobservasi di sekolah.

Kepala Puskesmas Pamarican, Teten, menegaskan kondisi para siswa kini berangsur membaik.
“Gejalanya ringan hingga sedang. Sebagian besar sudah mendapat perawatan medis, sisanya dalam pengawasan ketat di sekolah,” ujarnya.
Namun, aroma busuk dari ayam goreng yang sempat ditemukan menjadi petunjuk awal bahwa ada masalah pada bahan pangan yang dipasok.
Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, langsung menginstruksikan investigasi menyeluruh.
“Program MBG bertujuan baik untuk meningkatkan gizi anak sekolah, tetapi tetap harus mengutamakan standar kesehatan dan higienitas. Jika terbukti ada kelalaian dari dapur penyedia, kami akan tindak tegas,” katanya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis pun bergerak cepat: menurunkan tim medis, menyiagakan ambulans, hingga menutup sementara dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menyuplai makanan ke sekolah tersebut. Sampel makanan kini diamankan untuk diuji laboratorium.
Kronologi Singkat Tragedi MBG
09.40 WIB: Pihak penyedia (SPPG) melaporkan hanya 481 porsi makanan yang siap, sisanya 127 porsi menyusul karena keterlambatan pasokan ayam.
10.10 WIB: Tim penguji mencicipi menu ayam kuah kuning dan menilai layak konsumsi.
10.25 WIB: Makanan dibagikan ke siswa.
10.40 WIB: Ditemukan ayam goreng bau dan berlendir.
10.50 WIB: Siswa pertama jatuh sakit, diikuti puluhan lainnya.
11.10 WIB: Sekolah menghubungi penyedia dan puskesmas, ambulans dikerahkan.
Program MBG sejatinya menjadi kebijakan unggulan pemerintah daerah untuk mengatasi persoalan gizi anak sekolah. Namun, insiden di Pamarican ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana standar keamanan pangan dijaga dalam rantai distribusi makanan massal?
Dari keterlambatan pasokan ayam, proses pengolahan yang tergesa, hingga temuan daging berbau semua menyingkap celah yang bisa berakibat fatal.
Bagi sebagian orang tua, kejadian ini menimbulkan kekhawatiran. “Kami mendukung program pemerintah, tapi jangan sampai anak-anak kami jadi korban kelalaian,” ungkap seorang wali murid saat ditemui di sekolah.
Hingga kini, penyebab pasti keracunan belum diumumkan. Pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan akan menjadi kunci jawaban. Apakah ayam benar-benar sumber masalah, atau ada faktor lain dalam penyimpanan dan distribusi?
Sementara itu, puluhan siswa yang sempat tumbang kini berangsur pulih. Namun trauma tetap membekas, program yang semestinya memberi energi justru sempat melumpuhkan semangat belajar mereka.
Investigasi ini bukan sekadar mencari kambing hitam, tetapi memastikan rantai distribusi MBG aman dan higienis. Sebab pada akhirnya, anak-anak Ciamis berhak mendapatkan makanan bergizi yang benar-benar sehat bukan sekadar program di atas kertas.
(Ap)