Mitapak Jilid 2 Eyang Danuwarsih: Melestarikan Tapak Karuhun dalam Semangat Kebinekaan
BuletinNews.id
Ciamis – Acara Mitapak Jilid 2 Eyang Danuwarsih berlangsung dengan meriah di areal Situs Gunung Mara-Api, Dusun Sirnasari, Desa Rajadesa, Kabupaten Ciamis. Acara ini tidak hanya menjadi momentum memperingati jejak sejarah leluhur, tetapi juga mengangkat semangat kebinekaan dalam budaya.
Acara tersebut dihadiri oleh berbagai tokoh penting, seperti Camat Rajadesa Yudy Herdiana, S.IP., Kapolsek, Koramil, para kepala desa se-Kecamatan Rajadesa, serta sejumlah budayawan dari berbagai daerah, termasuk Prabu Diaz Laskar Macan Ali, budayawan dari Kasepuhan Cirebon. Kehadiran mereka memberikan makna yang lebih mendalam terhadap perayaan ini, sebagai ajang silaturahmi antarbudaya dan pengingat pentingnya menjaga kearifan lokal.
Miska, yang akrab dipanggil Abang dan bertindak sebagai panitia penyelenggara, menjelaskan bahwa Mitapak adalah acara tahunan yang diselenggarakan setiap bulan Maulid. “Tujuan acara ini adalah untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. sekaligus melestarikan dan mengenang jejak leluhur, khususnya Eyang Danuwarsih,” ujarnya. Minggu 21 September 2024.
Ia juga berharap acara ini dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya menjaga sejarah para leluhur dan menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk melestarikannya. “Dengan acara Mitapak, kami ingin agar generasi muda mengetahui sejarah para karuhun dan merasa memiliki, sehingga mereka turut serta dalam pelestarian,” tambahnya.
Mitapak Jilid 2 tahun ini berlangsung selama dua hari dua malam, dengan beragam rangkaian kegiatan, di antaranya Ngarak Pataka dari Situs Samida menuju Gunung Mara-Api, pengibaran bendera merah putih, Tawasul di makam Eyang Danuwarsih, serta pertunjukan seni tradisional dari berbagai daerah. Acara yang sarat makna ini dihadiri dengan antusias oleh warga dan tamu undangan.
Prabu Diaz Laskar Macan Ali dari Kasepuhan Cirebon dalam sambutannya menuturkan bahwa Eyang Danuwarsih memiliki peran penting dalam sejarah Cirebon. “Eyang Danuwarsih merupakan tokoh besar yang punya ikatan erat dengan Keraton Kasepuhan Cirebon. Beliau adalah mertua dari Raden Walangsungsang atau Raden Cakra Buana,” ungkapnya.
Prabu Diaz juga menjelaskan perjalanan Eyang Danuwarsih yang berasal dari Dieng, datang ke Rajadesa dan membuka padukuhan di Samida. Kemudian, beliau kedatangan tamu bernama Raden Guru Gantangan atau Prabu Sirnaraja, putra dari Prabu Siliwangi, yang meminta tempat itu untuk dijadikan kerajaan. Setelah kesepakatan tercapai, Eyang Danuwarsih pindah ke Gunung Mara-Api dan menetap di sana. Putrinya, Ayu Nyi Endang Gelis, kemudian menikah dengan Raden Walangsungsang, yang semakin mempererat hubungan antara keluarga Eyang Danuwarsih dan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Acara ini tidak hanya menjadi ajang peringatan sejarah, tetapi juga menguatkan rasa kebersamaan dalam keberagaman. Mitapak Jilid 2 Eyang Danuwarsih menjadi contoh nyata bagaimana kebudayaan dan sejarah dapat menjadi sarana untuk mempererat tali persaudaraan antar generasi dan wilayah.
(Lili/Ule)